256. Sekali Iblis Berbisik, Sekeluarga Tercabik [film Roh]

Horor Malaysia ini dikirim ke Academy Awards tahun depan. Indonesia juga, Perempuan Tanah Jahaman.

Menonton Roh karya debut Emir Ezwan kita dipertontonkan drama minimalis dengan durasi minimalis pula. Nggak ada kejutan dan kagetan, musik yang memekakkan, apalagi ceramah narsistik ala Munafik jilid 2. Karakternya cuma enam. Salah satu angka mitos setan. 666. Ada Mak dan kedua anaknya, Along dan Angah, Si Pria pemburu, Si Perempuan Tua, dan Adik yang terpampang di poster.

Mak dan kedua anaknya tinggal di pondok reyot di tengah hutan. Angah dan Along kerap menjebak hewan namun tidak mengambil seekor rusa yang terjerat. Maknya penuh curiga. Apalagi ada dongeng horor Pemburu yang memburu rusa, manakala tokoh Pemburu ini keluar usai Mak mendongeng jantung kita dibuat berdebar meski akhirnya wacana itu menguap begitu saja. Tidak ada yang benar-benar bisa dipercaya di hutan itu. Kemudian nongol Adik kecil yang tersasar dari kampung seberang yang konon tengah berkecamuk konflik. Dia mungkin satu-satunya penyintas. Akhirnya dia juga mampus dengan menyayat urat lehernya sendiri. Sebelumnya dia meramalkan keluarga Mak akan mati semua saat purnama.



Roh bukan film yang punya naskah eksplisit. Dengan durasi dan pendalaman tokoh yang sumir kisahnya menjadi samar. Ewin memakai ayat agama kalau bisikan syaitan bisa membawa menyesatkan. Ini mirip film Turki semisal Sicin yang mencomot seayat dalil dan diproyeksikan sebagai drama sesat-ilmu hitam. Ada beberapa yang bikin saya kurang sreg dengan Roh, pabila mau dibandingkan dengan inspirasi Ewin yaitu The Wailing dan The Witch, adalah penggugatan tokoh utama si Mak yang kurang kuat. Bagaimana dia memandang hitam, putih, bahkan kelabu seperti tokoh William di The Witch yang diasingkan persekutuan gereja protestannya karena William merasa terlalu suci (sok suci). Dalam pengasingan, dia memberi sudut pandang yang tajam antara kesucian dan kuatnya godaan iblis. Semua jelas. Meski tidak bawel juga. 

Pada Roh, hampir semua ucapan karakter tak bisa kita pegang dengan erat. Mak dinyinyirin anaknya karena tidak mau bersujud lagi (berdoa pada Allah) sebagai medan pertentangan antara hitam dan putih. Sayangnya kita tidak diberikan lokomotif motivasi yang melatari pembangkangan tokoh Mak kepada agama dan berhadapan pada situasi yang empuk untuk disesatkan bahkan dihancurkan iblis.

Roh tidak terlalu buruk, pun nggak istimewa banget. Ewin mungkin masih belajar membuat film indie modern jaman now yang suka alpa menempatkan alur slow burn jadi hampir sia-sia.

Komentar

Postingan Populer