254. The Gentlemen — Dongeng Saudagar Ganja

Menonton The Gentlemen seperti mengisap ganja yang dijual tokoh Mickey (Matthew McConaughey). Kepala kita dilenakan, mana yang nyata mana yang khayali semua merancu. Zat psikoaktifnya yang "disemburkan" dari mulut wartawan bernama Fletcher (Hugh Grant) buat kita betah rebahan di kursi bioskop. Didongengkan seperti bocah yang hendak tidur. Pada saat yang sama, bawahan Mickey, Ray (Charlie Hunnam), mementahkan tiap cerita Fletcher yang sesekali menggoda Ray. 


Seiring waktu, kita menebak-nebak cerita siapakah yang mutlak benar atau mutlak salah. Fletcher awalnya bernegosiasi dan mengancam Ray dengan minta imbalan dari 150 ribu hingga 20 juta poundsterling. Fletcher memata-matai kegiatan bisnis ganja Mickey Pearson. Lewat tangan wartawannya, dia dan redakturnya, Dave, bisa membongkar bisnis ganja Mickey yang masih ilegal di Inggris yang kebetulan melibatkan para tuan tanah (bangsawan-bangsawan Inggris). Pada saat yang sama, Mickey hendak menjual bisnisnya ke Matthew (Jeremy Strong) dengan harga fantastis. Namun menurut pandangan Fletcher, ada satu mafia China yang lumayan reseh dan culas. Mereka siap merebut bisnis Mickey. Anak mafia itu Dry Eye yang dimainkan Henry Golding dan disimplifikasi sebagai China peranakan alih-alih Melayu peranakan (Henry Golding campuran Melayu-Iban dan Inggris). Dia disebut sebagai Chinese James Bond yang main di Ricense to Kill. Walau terdengar agak rasis, isu ini diluruskan secara subteks atas teks (teks: anak buah Coach dijuluki kulit hitam bajingan oleh sobatnya) lewat dialog Coach (Colin Farrel) ke anak buahnya. 


Sebenarnya ini bisa dimaklumi sebagai realitas semu sinematik. Diaspora China lebih banyak menyebar di bumi dan mafia China adalah produk budaya pop mafia Hong Kong era 80an-90an. Sekadar penyederhanaan ras oleh Miramax, meski kita wajib memberi hormat pada Netflix yang menyebut tokoh Kai Jin (Iko Uwais) pada serial Wu Assassins sebagai keturunan Indonesia yang dibesarkan Triad di Pecinan. Sementara identifikasi ras pada Henry Golding sudah salah sejak Crazy Rich Asians. Jangan ditampikkan juga kepentingan modal join produksi semacam Ali Baba, acapkali menampilkan tokoh China atas nama keragaman etnis di film Hollywood padahal murni keuntungan pasar. Terakhir hebohnya netizen atas penyederhanaan kompleksnya identitas Asia Tenggara di animasi Disney Raya yang cuma mencomot semaunya dan menamainya entitas tunggal Asia Tenggara. 




Kembali ke cerita The Gentlemen. Trailernya yang eksyen banget bisa bikin penonton kecele dan bosan saat nonton lantaran mayoritas berdialog bukan berlaga.  Andai tanpa plot twist (plot twist yang bukan plot twist, gimana bilangnya), The Gentleman jadi film kriminal komedi biasa. Kendati di benak saya ingin ending yang lebih getir-getir manis. Yup, ending-nya memang terlalu ideal. Dan kelemahannya pada karakterisasi Mickey Pearson yang simbolis belaka. Dia kurang dalam.... 

Selebihnya, The Gentleman ialah kriminal komedi dengan alur penceritaan yang menarik seperti disebut di alinea awal. 


Komentar

Postingan Populer