239. Kidung Klenik dari Negeri Nordik [resensi Midsommar]


Midsommar


Pada masa pra-Hindu Nusantara, masyarakat agraris-politeistik memercayai Dewi Sri. Dewi kesuburan dan panen bumi. Dewi Ibu yang dianggap melahirkan benih ke dunia. Padi dan tumbuhan umumnya. Biasanya ada festival panen semisal upacara sekaten di Jawa Tengah.

Pada latar cerita Midsommar terjadi saat pertengahan musim panas di Swedia dengan mayoritas midnight sun-nya. Belum aku temukan sejarah praktik penumbalan *) di  Midsommarafton (Midsummer Festival), meski berakar dari paganisme dan dewi kesuburan. Mirip Dewi Sri. Bedanya dibangun maypole ataumaystång semacam pohon-pohon tinggi yang dihias sebagai simbol kesuburan . *) padahal juga belum baca sumber aslinya langsung dari Swedia :D

Ya, itu proses kreatif sang sutradara dan penulisnya saat menyampaikan cerita perayaan meriah dan semarak dengan napas horor dan klenik. Festivalnya beneran ada di Swedia tahunan tiap Juni tapi nggak horor. Lantas di cerita filmnya ada pihak ketiga untuk mendatangi mereka (penduduk desa Harga yang tengah merayakan Midsommarafton), yaitu anak-anak muda Amerika sebagai perwakilan indera penonton yang lebih global dengan problem yang juga global—hubungan pacaran dan gangguan mental. Plot ini agak klise sebagaimana acap dipakai untuk film thriller horor remaja.


Tokoh perempuan (selanjutnya dia jadi Mayqueen, dewi kesuburan) bernama Dani sedang mengalami ujian terberat akibat kehilangan seluruh keluarganya yang bunuh diri (dan dibunuh adiknya). Dani punya pacar yang tidak mampu memberikan sokongan psikologis saat masa-masa beratnya. Ditambah sifat Christian, nama pacar Dani, yang cenderung culas dan abai. Christian memang tidak cakap sebagai pendamping Dani bahkan sebelum peristiwa kematian keluarga Dani. Christian senang berkubang dalam kepura-puraan.

Satu-satunya orang yang tulus dan paham perasaan Dani adalah Pelle—warga Harga yang tengah merantau di Amerika dan pernah punya pengalaman kehilangan yang sama dengan Dani. Bedanya, komunitas di mana Pelle dibesarkan lebih guyub dan kolektif. Tidak seperti masyarakat perkotaan yang cenderung egois dan individualis. Di desa Harga, mengingatkan akan rumah honai suku Dhani Papua, yang mana ada rumah untuk siklus usia 18 hingga 36 tahun. Setelah lewat 36 mereka akan pindah ke rumah lain. Di rumah honai biasanya untuk laki-laki dewasa sementara perempuan dewasa di rumah ebeai yang juga untuk anak-anak mereka baik perempuan dan laki (anak laki belum dewasa).

Siklus 18, 36, 72. Ketika usia 72 mereka harus mati secara nonalamiah, bunuh diri dan dibunuh pada ritual. Kebetulan pada ritual 90an tahun kali ini ada sepasang lansia berusia 72. Mereka memaknai hidup seperti siklus yang berputar dan berinkarnasi. Mengingatkan akan rantai makanan. Manusia makan daging dan tumbuhan, lalu manusia mati diurai di tanah, unsur haranya diserap tanaman yang kembali dimakan manusia.

Ritual-ritual midsummer menjadi gerbang bagi psikologi Dani nan rapuh. Juga secara sinematografi, koreografi, dan kidungnya meneror penonton meskipun diterangi matahari. Ketidaknyamanan penonton dan tokoh-tokoh Amerikanya dibangun dari interaksi penduduk Harga yang ramah tapi dingin dan misterius. Selalu ada pertanyaan, mau apa lagi ya mereka? Menjengkelkan melihat penduduk Harga seperti biasa saja melihat ritual penumbalan yang tidak manusiawi padahal mayoritas mereka tidak pernah melihat ritual yang sama 90 tahun lalu. Ganjil dan kesannya psycho. Kendati menghayati tahayul dan klenik apalagi penumbalan, warga Harga tidak antimodernisasi. Contohnya Pelle dan beberapa anak Harga yang menempuh pendidikan tinggi di luar negeri. Terlepas dari motivasi Pelle sebagai agen penyalur tumbal. Dan warga Harga juga jago bahasa Inggris, ya bahasa Swedia dan Inggris kan masih satu rumpun bahasa Jermanik.

Detail-detail menarik di antaranya simbol mirip lambang bluetooth di batu yang diolesi darah. Bluetooth sinonim dengan ketersambungan, dari dunia manusia ke alam leluhur. Lalu lukisan-lukisan di rumah yang kesannya baru dicat. Yaiyalah, ritual 90 tahunan masa gak dicat dan direnovasi ulang kayak lebaran. Terakhir pelet antara Christian dan Maja gadis desa berambut merah tembaga. Prinsip kerjanya dengan umpan pandangan. Christian awalnya melirik Maja. Saat timbul perasaan suka, Maja meletakkan pelet di bawah kasurnya dan rambut di kue yang dimakan Christian. Christian nggak akan kena pelet kalau sejak awal sudah punya rasa cinta yang kuat ke Dani.

Pada akhirnya ritual midsummer juga proses penyembuhan mental Dani. Bagaimana dia dirangkul di Harga meski dengan cara yang ganjil. Betapa ia gembira dan kuat menari mengitari maypole ataumaystång. Dan tatkala ia dinobatkan sebagai Mayqueen, merasakan diistimewakan di meja makan, menentukan hidup orang lain, dan tertawa lepas saat dendamnya terbalaskan oleh api. Ari Aster mengalegorikan suasana jiwa Dani dalam the 5 stages of grief, lima tahapan kedukaan. Dari menolak keadaan hingga penerimaan.

Midsommar tayang di bioskop tanah air dengan lobi-lobi panjang. Meski klasifikasi 21+ namun tetap menampilkan gambar-gambar moderat penuh sensor. Cocok ditonton balita, palingan ngantuk aja.

Komentar

Postingan Populer