237. Mitologi Romansa, Kala Langit Menumpahkan Seisi Laut

Setelah tiga tahun silam para pencinta anime (mau nulis wibu, tapi kata itu negatif) dibuat baper oleh kisah fantasi-romansa Kimi no Nawa., Makoto Shinkai kembali dengan genre sama dan kreativitas cerita fantasi remaja bercampur mitologi hujan.

Hodaka merantau ke Jepang. Usianya baru 16. Mau cari kerjaan. Dia bekerja sebagai penulis di majalah Misteri milik Suga. Pria yang menyelamatkannya ketika di feri dari terjangan air hujan.

Sepanjang tahun, Tokyo dan Jepang umumnya, digandrungi hujan dan badai anomali. Tiada hari tanpa hujan. Hujan adalah cuaca buruk, dalam perspektif manusia. Buruk dalam sudut pandang manusia yang lebih banyak bergerak demi hidup dan penghidupannya. Namun ada orang yang justru terberkahi dengan adanya hujan: pawang hujan. Pawang hujan di kawinan, biasanya lempar sempak di genteng atau bikin sesaji berupa sapu ijuk dan cabe.

Di Tokyo, Hina tidak perlu azimat dan sesajen. Cukup mantra dan doa. Dia dikenal sebagai gadis 100 % matahari. Hina memulai profesinya setelah bertemu Hodaka secara dramatis. Dari segenggam Big Mac dan setodongan pelor yang meletus ke arah germo yang mau mengeksploitasi Hina.

Banyak pelanggan, banyak duit, tapi di situlah awal bencana terjadi. Weathering With You atau Tenki no Ko punya dua antagonis atau penghalang bagi tokoh-tokoh protagonisnya yang berbuat akibat ketidakpunyaan pilihan hidup. Hina dan Nagi hidup berdua tanpa wali di sebuah kamar kos. Jelas itu melanggar aturan di Jepang. Termasuk Hodaka, anak di bawah umur yang dipekerjakan oleh Tuan Suga.

Masing-masing tokoh punya latar belakang melankolis untuk dapat dikatakan mendramatisir penampilan mereka. Supaya mereka punya sisi dua dimensi di cerita.

Antagonis lain adalah kepercayaan dan mitologi kalau tiap 200 tahun akan ada manusia pengendali cuaca atau anak cuaca. Itu sebagaimana disebutkan tokoh nenek kalau dulu topografi Jepang hanyalah teluk belaka. Itu bertolak belakang dengan teori Zaman Holocene ketika es mulai mencair dan memunculkan pulau-pulau Nusantara yang sebelumnya bersatu dengan daratan Asia dan Australia. Dan mementahkan isu perubahan cuaca ekstrem akibat global warming.

Makoto Shinkai pun tidak meminjam mitologi agama Shinto yaitu dewa cuaca Raijin dan Fujin yang pada era Jepang kuno menyebabkan badai dan hujan yang memorakporandakan seisi desa. Justru Shinkai memutarbalikkan ekosistem samudera ke angkasa. Bagaimana jikalau langit seumpama laut dengan makhluk-makhluknya yang belum semua kita ketahui? Penggambarannya pada simbol naga, ubur-ubur, dan ikan. Legenda naga laut Jepang adalah Ryuijin (beda dengan Raijin) dengan ubur-ubur dan ikan sebagai pengawalnya. Konon Ryuijin punya anak perempuan cantik. Mungkin di sini direpresentasikan oleh Hina.

Meski mengambil saduran dari mitologi naga laut dengan ending memilukan, Weathering With You punya ending membahagiakan, walau ini bisa jadi pilihan salah. Kisahnya sederhana. Khayali. Lucu sekali walau pilu. Khas remaja, tidak semuram Your Name (Kimi no Nawa) dan selambat 5 Cm Per Second. Visualnya hidup. Banyak bertebaran J-Pop. Salut buat para artis animasinya dengan penggambaran yang mendetail dan tone warna suram hujan yang nyata ketika disaksikan di layar lebar.

Mungkin kelemahannya pada kesimpulan yang kelewat ringan atau memang visinya mau dibuat happy ending untuk tema penumbalan perempuan. Hampir di setiap ritual, perempuan ataupun perawan selalu ditumbalkan. Dan agak rada pegal dengan bagaimana film menyudahi sentimentalitasnya.

Komentar

Postingan Populer