235. Epilog Manusia Mutan [Dark Phoenix]

Jean kecil: You think you can fix me?
Professor X: Jean, you are not broken.

Spoiler alert!

X-Men : Dark Phoenix menjadi bab terakhir jagat manusia mutan sejak film pertamanya, X-Men rilis tahun 2000 silam. Dark Phoenix termasuk prekuel alternatif (reboot), satu jalur langsung dengan First Class berkronologi tahun 1962, Days of Future Past dengan lapis kronologi masa depan dan lalu, dan Apocalypse. Kita abaikan spin off Wolverine dan Deadpool.

Karena fokus pada tokoh Jean Grey muda kita juga abaikan saja Jean tua dari tiga film pertamanya. Kan (rasa) reboot jadi ini interpretasi ulang sang penulis dan sutradara atas tokoh Jean muda dan tua.

Tahun 1975 Jean mencelakai kedua orang tuanya di mobil. Telekinesisnya yang belum terasah membuat sedan ortunya terbalik terhantam truk. Dia diadopsi Prof Charles Xavier (Prof X). Prof X lagi caper-capernya sama manusia, khususnya presiden Amerika. Setelah peristiwa First Class, X-Men dipercaya oleh pemerintah. Kepercayaan kali ini diberikan untuk menyelamatkan pesawat luar angkasa Endeavour yang nyaris celaka. Cuma pasukan X-Men dengan X-Jet canggihnya yang bisa menembus eksosfer. Saking canggihnya, X-Jet rancangan Hank ini bisa terbang vertikal layaknya Space Shuttle tanpa dorongan modul roket.

Misi hampir usai, namun Jean terpaksa menahan bodi space shuttle dari radiasi materi kosmik bernama suar matahari, yang kemudian disebut Phoenix Force. Jean terpanggang. Namun dia hidup lagi bak Phoenix, burung mitologi Yunani. Seperti burung api yang bangkit dari abu, Jean juga bangkit menjadi sosok lain, dengan kekuatan sakti mandraguna yang belum sanggup ia kendalikan. Belum lagi memori traumanya yang mengusik kembali setelah sempat dikunci oleh Prof X. Jean menggila. Memberontak. Mencelakai lagi rekan-rekannya. Bahkan tanpa sengaja membunuh seorang mutan senior. Raven. Kematian Raven sangat konyol, kurang emosional, dan terjadi begitu saja dengan mudahnya.

Intrik nggak sampai di situ. Ada ras D’bari—makhluk yang planetnya dimusnahkan kekuatan Phoenix Force—yang diketuai Vuk. D’bari baru muncul di film Dark Phoenix, kecuali bagi penggemar komiknya, eksistensi D’bari sungguh membingungkan penonton umum. Vuk dan konco-konconya menginginkan Force itu dari tubuh Jean untuk menguasai dunia atau menciptakan kembali planetnya mungkin. Sebab Force tersebut punya kekuatan menghancurkan sekaligus menciptakan. Kehadiran kawanan ras itu cuma menambah aksi-aksi formalitas “pencegah ngantuk” ketimbang “penambal cerita”.

Psikologi Jean cukup baik meluahkan emosi-emosinya dengan dialog klise dan menjemukan tentang penerimaan dan penolakan diri—khas X-Men. Dalam skala besar, penerimaan dan penolakan X-Men pada manusia, lebih banyak terbentur dua ideologi Charles dan Eric memaknai eksistensi mereka di dunia yang mayoritas non mutan hingga menciptakan koeksistensi. Seringkali benturan itu melahirkan dilematis dan perpecahan, bahkan perang.

Romansa Jean dan Scott memang sebatas pelengkap saja. Perdebatan kecil antara Raven dan Charles membuka “koreng egosentris” Charles soal penerimaan X-Men oleh manusia umumnya. Charles hampir mencelakai anak didiknya.

Dark Phoenix kurang menggugah sebagai epilog manusia mutan di bawah Fox. Simon Kinberg lebih memilih di jalur aman, mudah dipahami penonton bukan penggemar X-Men yang mencari hiburan. Tapi lumayan, nggak sebusuk kata kritikus. Eksyen di kereta lumayan banget. Efek visual terlihat halus berkat bujet 200 juta. Walau menjadi sekuel X-Men dengan pendapatan terendah diikuti The Wolverine.

Komentar

Postingan Populer