226. Ketika Gim Dingdong Bertualang ke Wahana Internet [Ralph Breaks the Internet]

Setelah film pertamanya lumayan laris dan dinominasikan pada dua ajang terpandang; Academy Awards dan Golden Globes, Disney di bawah Disney Animation mendongeng kembali kisah Ralph dan Vanellope.

Spoiler alert! 

Film sebelumnya mengambil tema nostalgik gim dingdong yang berjaya pada anak-anak generasi X (juga generasi Y atau milenial yang mendapat keistimewaan masa transisi dari gim dingdong ke gim konsol bahkan gim daring), sekuelnya mengikuti tema milenial jaman now: Internet. Ralph Breaks the Internet. Ralph menumbangkan jaringan internet karena obsesinya pada Vanellope. Gadis cilik yang selalu dia anggap bocah. Ada dialog menarik ketika Ralph mengkhawatirkan Vanellope yang ingin menetap di Slaughter Race bersama Shank—sebuah ekosistem program balap jalanan yang lebih menggelegak oleh adrenalin.

Di gim dingdong atau arkade, Vanellope biasa membalap di Sugar Race. Balapan unyu-unyu dengan sirkuit gulali dan cokelat. Alur permainannya gampang ditebak dan membosankan bagi Vanellope. Sebagai sohib dekat, Ralph memberi kejutan, membuat trek kejutan yang lebih menantang untuk sohibnya itu. Lacur nasib, kemudi Vanellope patah akibat rebutan kontrol sama pemainnya di wardong milik Pak Litwak. Karena harga kemudi Sugar Race dirasa mahal di eBay, Pak Litwak memensiunkan permainan itu. Dampaknya banyak pebalap menganggur dan diadopsi pasutri Felix dan Tamora.

Merasa bertanggung jawab, Vanellope dan Ralph menyusup ke jaringan internet lewat kabel optik. Mereka terpukau, seperti Judy Hopps manakala memandang kota Zootopia pertama kali. Misinya jelas, membeli kemudi seharga 27k dolar dengan cara apa pun, sekalipun merampok mobil.

Di kota internet, Vanellope dan Ralph sama terpikatnya dengan penonton yang disuguhi ikon-ikon dunia Internet yang beraksitektur bak kota hidup. Dari aktivitas belanja di eBay, mesin pencari oleh Mr. Knowsmore, riuh rendah unggahan video dengan love dan komentar jahatnya, iklan pop-up yang sering bikin hape bergetar sendiri karena kaget bisa kaya sekejap, dan banyak karakter pop culture di bawah naungan Disney yang mondar-mandir, sampai virus jahat yang menduplikasi ketidakamanan melumpuhkan kota internet. Adegan segerembolan virus memanjat gedung dan membawa Vanellope mengingatkan King Kong manjat Empire State Building.

Ya, banyak sekali bertabur pop culture di film yang masih disutradarai Rich Moore ini. Star Wars, Baby Groot, R2-D2, Buzz Lightyear, sampai geng puteri dalam dongeng Disney. Elsa, Pocahontas, Merida, Tiana, Moana, dan banyak banget. Kendati hanya cameo, kehadiran geng puteri Disney yang melawak ala-ala meta humor, cukup menggelikan. Gak ketinggalan merek-merek dalam dunia Internet, meskipun ada yang fiktif semacam layanan video BuzzTube dan mesin pencari KnowsMore. Di antaranya yang kita kenal: eBay, Twitter, Google, Snapchat, Instagram, Spotify, dan lain-lain.

Di Internet rekaan Disney Animation, netizen dipersonifikasikan sebagai penduduk Internet yang melakukan aktivitas sesuai perintah pengguna (manusia yang mengontrol gawai). Kalau pengguna mau searching, maka avatar netizen akan ke Mr KnowsMore. Mau belanja, ya semacam ke gedung virtual eBay; pesan produk, lelang, dan bayar. Seperti aneka warna dan riuhnya Internet, memang internet tidak mutlak hitam putih. Internet ibarat analogi pisau di tangan tukang daging dan tukang todong. Ada komentar-komentar jahat dari jempol pemberani, mungkin bisa ciut kalau konteksnya seperti Indonesia, mengujar kebencian, ditangkap polisi. Bahkan mencari duit dengan bikin video viral seperti yang dilakukan Ralph. Bagian Ralph dapat uang 27k dolar atau sekitar 380 juta rupiah sangat digampangkan. Mungkin mestinya ini jadi plot utama, tapi karena cuma sampingan, too good to be true.

Meski Vanellope masuk kategori Princess, karena ditolong laki-laki, rasanya memang sulit membayangkan Ralph dan Vanellope punya hubungan cinta birahi macam Snow White dan Pangeran. Kategorisasi puteri atau princess mesti diselamatkan atau ditolong laki-laki gagah tidak seratus persen benar, tapi itu suara mayoritas. Sebut saja Mulan, dia ikut berperang menyamar sebagai lelaki. Baik Elsa dan Anna nggak diselamatkan makhluk berjakun. Vanellope tidak eksklusif juga sebagai puteri. Kebetulan saja tema filmnya lebih modern, tentang gim dingdong dan dunia Internet. Entahlah, mungkin dia lemah karena rusak software-nya, sering dret-dret dan sifat kekanakannya kental. Sebagai teman yang dipandang bak pahlawan, Ralph serasa paling mampu menjaga Vanellope. Badannya besar sekali, meski isi hatinya tidak sebesar itu. Ralph, dengan sifat ngemong dan sok jagoannya, merasa paling berhak menjaga Vanellope sekalipun harus menjauhinya dari Slaughter Race.

Insecure atau kegelisahan dalam diri Ralph itu, pada pemrograman komputer tepat juga disebut ketidakamanan, mengubahnya menjadi momok virus yang menakutkan bagi Vanellope dan melumat jaringan internet. Dia menjelma jadi ribuan duplikasi dirinya, yang akhirnya mengonfigurasi sosok King Kong.

Komentar

Postingan Populer