224. Dendam Sundel Bolong demi Cinta [Suzzanna Bernapas Dalam Kubur]

Suzzana: Bernapas Dalam Kubur sempat syuting ulang dan berganti sutradara, dari Anggy Umbara ke Rocky Soraya, karena perbedaan visi dengan produser Sunil Soraya. Cerita filmnya sendiri dibuat segar, tidak berhubungan dengan film lawas Bernafas Dalam Lumpur (1970) atau Beranak Dalam Kubur (1971). Namun tetap berlatar masa 1980an.

Mungkin ada bocoran!!!

Suzzanna (Luna Maya) dan Satria (Herjunot Ali) akhirnya dikarunia kehamilan setelah lima tahun menunggu. Hidup mereka bahagia bak bulan madu di pelangi. Baru berbahagia, mereka sudah terpisah. Satria mesti dinas ke Jepang. Dia bos di sebuah pabrik. Sebagai bos dia menghadapi tuntutan karyawannya yang ingin naik gaji terus.

Seorang karyawan, Umar (Teuku Rifnu Wikana), memprovokasi karyawan-karyawan lain untuk tuntut naik gaji. Para buruh itu diwakilkan empat orang: Umar, Dudun, Jonal, dan Gino. Masing-masing diperankan Teuku Rifnu Wikana, Alex Abbad, Verdi Solaiman, dan Kiki Narendra. Mantan suami mendiang Suzzana, Clift Sangra, memainkan Bekti, atasan Satria.

Diberi sangu kata-kata pemanis dari suaminya sebelum ke Jepang, “aku janji takkan kubiarkan apa pun mengganggu keluarga kecil kita”, Suzzanana tidak sendiri di rumah. Dia ditemani tiga pembantu kocaknya; Mia (Asri Welas), Rojali (Opie Kumis), dan Tohir (Ence Bagus). Mereka bertigalah roda komedi filmnya. Sekali lagi, Suzzanana Bernapas Dalam Kubur bukan murni komedi horor. Filmnya serius, saat komedi ya komedi, saat horor ya horor. Tidak memincangkan satu sama lain.

Ketika Suzzanna dan ketiga pembantunya yang kocak nonton layar tancep, Umar dkk menyantroni rumah Suzzanna untuk merampok. Itu buntut dari kemarukan mereka minta naik gaji yang nggak dikabulkan Satria. Sebelum mencuri, Umar punya sikap agar tidak melukai Suzzanna. Apa lacur, rencana cuma rencana. Mereka dipergoki Suzzanna. Sebagai perempuan hamil, Suzzanna termasuk berani dan kuat melawan. Beberapa kali dia melempar barang, menyiram cuka, bahkan memukul para penyamun itu dengan bertenaga. Keren, aku suka banget.

Yaaa, Suzzanna tak sengaja tercocok garpu tanah akibat kepanikan para pelaku. Dia dikubur hidup-hidup—sekarat. Keesokan paginya ia terbangun layaknya manusia. Terpengaruh kabar burung, ketiga pembantunya ingin membuktikan kebenaran bahwa Bu Suzzanna beneran hantu sundelbolong atau bukan. Adegan melihat hantu pakai kafan bekas itu serem-serem lucu sih.

Sudah pasti arwah Suzzanna bergentayangan, tapi tidak mengganggu orang selain para perampok, nah ini yang bikin koneksi cerita agak limbung. Warga merasa resah dengan teror sundelbolong, sementara hanya empat pelaku yang diteror dengan ngeri oleh Suzzanna. Dalam artikel yang dikutip metrotvnewsdotcom, Sunil berujar:

"Saya enggak mau Suzzanna menggoda orang yang enggak ada hubungan dengan Suzzanna.

Jadi, enggak boleh orang luar diganggu hanya untuk adegan komedi horor. Komedi ini punya hubungan dengan keluarga Suzzanna, jadi memang menyatu dengan ceritanya. Tukang sate diganggu, itu juga ada alasannya," jelas Sunil.

Karena inilah, adegan makan sate yang sempat nongol di teaser trailer-nya, tidak dihimpun ke plot cerita. Katanya alasan hak cipta dari adegan makan sate di film Sundelbolong (1981) masih dipegang Rapi Films.

Pun Rocky Soraya nggak memosisikan agama dan klenik sebagai dua kutub hitam putih. Sikapnya jelas, Suzzanna seputih gaunnya, dia korban, dia hantu baik. Makanya agama, khususnya Islam, tidak diversuskan dalam film untuk melawan Suzzanna. Dipilihlah dukun Turu (Norman Aykuwen) sebagai penanding sundelbolong Suzzanna. Turu, seperti namanya yang suka tidur (turu = tidur, bahasa jawa), tapi mantra bahasa jawanya tidak main-main. Mantranya bikin kepala Suzzanna pusing bak Sun Go Kong dijampi Tong Sam Chong.

Sepanjang film aku nggak melihat sosok Luna Maya. Dia menjelma jadi Legenda Ratu Horor, Suzzanna Martha Frederika van Osch. Gesturnya. Nada dan intonasi suaranya, centil manja. Apalagi wajahnya yang sudah dipermak oleh ahli prostetik dan make up asal Rusia, Tatiana Melkomova dan Peter Gorshenin.

Bernapas Dalam Kubur banyak menggunakan ensembel kor (paduan suara) demi mendramatisir adegan. Audionya tidak berisik. Klasifikasi film, yang skenarionya ditulis Bene Dion Raja Gukguk, ini lolos sensor 17 +. Ada adegan penjagalan berdarah-darah.

Komentar

Postingan Populer