190. Siapa Aku? Aku Adalah...

Walau telat tayang enam minggu dari bioskop Amerika, riwayat Kung Fu Panda tetap memancing animo masyarakat Indonesia. Kung Fu Panda 3 telah genap sebagai trilogi utuh dengan cerita yang makin solid meski tiada yang benar-benar baru dari film yang disutradarai duo Jennifer Yuh Nelson dan Alessandro Carloni ini.

Kai (J.K. Simmons), prajurit dan pengumpul energi chi makhluk hidup bertarung dengan Master Oogway (Randall Duk Kim) di alam roh. Oogway terkalahkan.

Sementara di Pedepokan Jade, Master Shifu (Dustin Hoffman) memutuskan agar Po (Jack Black) untuk turun gunung, mengajar di perguruannya. Namun Po menolak karena dia merasa tidak punya kapabilitas dan kecakapan sebagai guru. Pertanyaan retoris masih dilontarkan di instalasi ketiga ini: siapa aku? Tentu pertanyaan itu tidak bisa dijawab dalam semalam. Apalagi ada panda lain yang masih tersisa, ayah biologis Po, Li Shan (Bryan Cranston) berkunjung ke resto ayah angkat Po. Sekalipun napas film ini komedi, rasanya ada yang mengganjal saat pertemuan ayah-anak. Terlalu komikal. Tanpa melankolia sedikit pun. Mungkin karena Po dan Li Shan tak punya ikatan emosional yang kuat di mana Po sudah dirawat oleh Mr. Ping (James Hong) sejak bayi.

Kai yang kabur ke dunia fisik membuat kekacauan di Lembah. Semua chi master kung fu dari berbagai wilayah ia curi, termasuk Monkey (Jackie Chan), Viper (Lucy Liu), Mantis (Seth Rogen), Crane (David Cross), terkecuali Tiggres (Angelina Jolie) yang menyusul Po ke kampung panda untuk memperingatkan bahaya yang akan terjadi.

Sebagai antagonis berperawakan kerbau dan banteng, Kai, kurang meyakinkan kesangarannya dibanding Lord Shen si merak lalim dalam Kung Fu Panda 2. Dirinya juga dijadikan unsur komedi yang tidak perlu sebenarnya. Kai ingin merebut chi Po si Ksatria Naga, sementara Po tidak tahu bagaimana mengeluarkan chi untuk melawan balik Kai. Keluarga Pandanya pun sudah tidak tahu lagi bagaimana melakukannya. Tapi nasihat dari Master Shifu kembali terngiang: aku takkan mengubah dirimu menjadi orang lain, kau adalah kau. Dari situlah Po dapat petunjuk untuk mengalahkan Kai.

Kung Fu Panda 3 sesak oleh unsur lawakan yang universal dan pecah. Juga pesan yang klasik. Sebuah sekuel yang matang dan mengharukan khususnya saat Po diselamatkan oleh orang-orang tersayangnya tatkala terjebak di dunia roh bersama Kai. Sepertinya bagian pertarungan terakhir itu perlu dipoles dengan suntingan suara yang grande tapi sang penata suara malas orangnya.

Trilogi Kung Fu Panda ibarat piramida utuh dengan puncaknya yang tangguh tanpa perlu bangunan tambahan berupa sekuel yang berpotensi merobohkan bangunan.

Komentar

Postingan Populer