136. Manusia Berkostum Kelinci yang Terbelenggu

Watch out! Spoiler.



Alkisah, teror akan pembunuhan berantai di kota Jakarta-satu satunya klu bahwa setting di Jakarta adalah tulisan TAKSI JAKARTA; merek fiktif-meresahkan penduduk hingga tiap orang berhak mencurigai orang lain sebagai si pembunuh yang masih saja berkeliaran. Ciri si pembunuh yaitu memakai kostum kelinci. Targetnya para perempuan muda. Babak pembuka film terasa lambat dan senyap. Penonton digiring mengamati plot awal dari kacamata Elang (Abimana Aryasatya) bahwa si pembunuh adalah tetangganya sendiri (Guntur [Verdi Solaiman] suami Djenar yang posesif) setelah dia mencurigai dua hal: kostum kelinci yg digunakan suaminya Djenar dan dua mayat yang diseret dari rumahnya.



Elang kerap mengalami vision yg buruk dan mengerikan. Tentang Jingga (Imelda Therinne) pelacur misterius yang ia temui dalam mimpi dan diyakini sebagai titik terang di ujung jalan gelap atas teror pembunuhan berantai. Sampai pada satu kesempatan mereka berkenalan dan Jingga dengan tanpa canggung meminta tinggal di flatnya. Misi Jingga hanya satu: memanfaatkan Elang sebagai boneka untuk membalaskan dendam.





Setengah durasi film penonton percaya saja dengan sudut pandang Elang yang karakternya dingin, labil, dan pendiam. Penonton mulai curiga, apa dia sakit jiwa, dipengaruhi iblis, atau psikopatik? Namun setengah segmen berikutnya semua buyar perlahan. Itu akibat eksekusi cerita yg terburu-buru saat dua detektif polisi dipusingkan oleh kasus pembunuhan sadis terhadap 3 pria bengal yg dilakukan oleh Elang dan dimotori oleh Jingga. Sedangkan menurut narasumber yg digali oleh detektif Artur (Rifnu Wikana) dari Ibu Kebaya bahwa Jingga (nama Jingga dikorek dari database kepolisian bukan dari narasumber) sudah mati 2 tahun lalu-gantung diri. Lantas, siapakah Jingga itu sebenarnya? Siapa pula Djenar (Laudya Cynthia Bella) & Senja?(Avrilla)-anak Djenar yg disayangi oleh Elang. Siapa pula orang di balik kostum kelinci itu?









Dengan ambience film (genre) noir- istilah sinematik yang digunakan untuk menggambarkan gaya film Hollywood yang menampilkan drama-drama kriminal, khususnya yang menekankan keambiguan moral, dengan pencahayaan rendah yang berakar dalam sinematografi ekspersionis Jerman. Sinematografinya seksi dengan tonase warna yg suram dan redup. Penonton yg budiman wajib full concentration. No playing phonecell. No talking each other. Dan jika sering ke toilet bersiaplah kehilangan satu keping puzzle cerita yg berharga.





Endingnya tidak diselesaikan oleh sutradara (Mbak Upi). Penonton lah yang menyelesaikannya, khususnya bagi yang paham cara menyelesaikannya. Cuma bagian yg kosong melompong adalah ritual klenik yg dilakukan oleh Ibu Kebaya (Jajang C Noer) untuk memengaruhi/memperalat/menghipnosis Elang demi dendam kesumat Ibu Kebaya dan Jingga. Itu ritual macam apa ya, kok pakai acara nembang-nembang boso jowo segala? Maunya ambigu tapi jadi gaje ==a



Rating film 4/5.



Selamat menonton....

Postingan Populer