219. Bulan Madu Dunia Hiburan dan Pers [Chicago 2002]
Sebelum nonton filmnya, aku sudah suka lagunya sejak 16 tahun silam. And All That Jazz. Nomor itu dibawakan di awal.
Chicago digarap dengan pendekatan broadway bak Singing in the Rain, Moulin Rouge!, dan paling anyar The Greatest Showman. Bedanya, Chicago semacam broadway-imajiner. Dimensi ruang panggung broadway tidak benar-benar dibangun sebagai set sadar dan realisme. Broadway-nya buah imajinasi para tokoh-tokohnya, seperti pertunjukan lagu Cell Block Tango, ketika tokoh Roxie (Renée Zellweger) dibui akibat membunuh selingkuhannya. Tokoh Velma Kelly (Catherine Zeta-Jones) digambarkan sebagai senior di penjara. Berpengaruh. Cantik. Walau sepanjang film kecantikan Renee yang diagungkan sebagai senjata melawan hukum.
Tokoh sipir penjara, Mama (Queen Latifah) dideskripsikan dengan lagu When You're Good to Mama. Karakter Mama yang mestinya intimidatif dan oportunis, melempem karena porsi akting Renée Zellweger (kendati dia bintang utama, alangkah baiknya porsi pendukung dikembangkan). Zeta-Jones memenangkan Oscar untuk supporting role. Tanpa dia, Renée akan terbata-bata. Tokoh Billy, yang dibawakan Richard Gere sebagai pengacara kasus Roxie dan Velma, berperangai licik, manipulatif, dan matre. Karakter Billy terkesan karikatural.
Jangan harapkan dramaturgi Chicago seserius dan seadidrama film-film nominasi Oscar. Luahan ekspresi karakter-karakternya bermuara pada lakon broadway. Sebagian besar sorotnya pada produksi film itu sendiri, seperti tarian, set panggung, dan kostum.
Film penggondol Best Picture Academy Awards tahun 2003 ini seperti bulan madu industri hiburan broadway dengan latar waktu tahun 1924 bersama nyamuk-nyamuk pers. Pada nomor The Pers Conference Rag, digambarkan pers adalah institusi paling binal dan banal dalam menyedot informasi. Klip Pers Conference Rag dibuat ala boneka marionette yang sangat mengagumkan. Walau agak janggal ketika Roxie dan Billy mengungkapkan peristiwa pembunuhan pada wartawan alih-alih Berita Acara Pemeriksaan yang secara hukum lebih legit. Sekali lagi, film yang diarahkan Rob Marshall ini memaparkan satire akan pers dan dunia hiburan. Masyarakat, seperti sekarang, mudah sekali disetir oleh judul-judul provokatif pemancing iklan (clik-bait).
Seperti nyamuk, pers butuh darah segar. Ketika Roxie dianggap basi, dia dicampakkan dari kilau jepret media. Karena di luar pengadilan ada wanita yang habis membunuh. Lalat-lalat mulai mengerubung.
Komentar