217. Wahana Pelarian dari Dunia yang Sial ke Alam Sureal [Ready Player One]
Ketika novel Ready Player One karya Ernest Cline terbit, masalah hak cipta tidak mengganjal kecuali pada produksi film. Konon produser dan sutradara mesti mengganti beberapa referensi pop dari novel. Contoh Blade Runner diganti The Shining, Ultraman diganti Iron Giant.
Ready Player One berlatar distopia tahun 2040an. Mungkin karena depresi ekonomi, proteksionisme perdagangan, pembelotan Kim Jong-un dari perjanjian nuklir, atau kemenangan Rusia atas hegemoninya di Timur Tengah, apa pun itu, kota-kota di Amerika menjadi kumuh. Banyak pemukiman vertikal dari kontainer. Meski kurang dipaparkan para penganggur dan gelandangan di jalan. Intinya hidup mereka bikin stres, tak terkecuali Wade yang hidup bareng bibinya yang punya pacar berangasan. Wade dan penduduk kota butuh pelarian dengan bermain gim simulasi VR (realitas virtual). Badan boleh di dunia yang sial, pikiran berkelana ke jagat sureal. Dari tempat miris ke alam OASIS.
Di OASIS, Wade bernama Parvizal dengan figur cowok animasi ala konsol gim. Dia jadi pembalap pakai mobil DeLorean dari film seri Back to the Future bersama ratusan pembalap lain terutama dari klan Sixers, perusahaan gim IOI lain pimpinan Nolan Sorento. Ceritanya pemilik Oasis yakni Hallyday sudah wafat. Dia bikin alur permainan, siapa saja yang bisa mendapatkan tiga kunci dan jackpot berupa telur emas, maka kepemilikan saham Oasis sebagai perusahaan gim paling profit dan bonafide akan jadi milik penerima telur itu. Tak ayal ratusan gamer berlomba-berlomba, meski selalu gugur di babak King Kong. Siapa lewat, Kong siap babat! Parvizal punya teman Aech, kemudian berkenalan dengan avatar cewek (Art3mis) bermotor 200 tenaga kuda (HP) milik Shotaro Kaneda—dari film anime Akira. Lambat laun mereka berjumlah lima orang, dengan tambahan seorang ninja peranakan Tiongkok Zhou (aslinya Shoto orang Jepang, dimodif supaya pasar Tiongkok tertarik) dan Daito seorang samurai Jepang. Mereka tergabung dalam High Five! Kemudian nyanyi dan joget di Trans 7 (yang tau maksudnya pasti nyengir).
Parvizal punya strategi khusus demi menaklukkan medan Oasis. Dia mengorek petunjuk gim melalui rekaman sang pembuat, Hallyday, di museum dengan Curator sebagai pemandunya. Petunjuk-petunjuk alur gim ada pada perasaan melankolia Hallyday atas cintanya, Karen Underwood, yang juga menyebabkan rekanan perusahaan Morrow, hengkang dari Oasis. Berhasil pada babak Kong dan dapat satu kunci bikin Nolan kebakaran jenggot. Nolan dan para kuli gimnya dengan sumber dayanya yang mumpuni adalah rival bahkan antagonis bagi High Five. Ambisi Nolan membuatnya menghalalkan segala cara agar saham Oasis menjadi miliknya. Kelicikan Nolan dibarengi dengan kebodohannya sendiri. Yang memang membuat plot Ready Player One (RPO) agak anyep itu anggota High Five yang terlalu loyal dan tidak punya ambisi berkhianat. Padahal aku mengharap Samantha itu berkhianat, memanfaatkan perasaan Wade. Jadi otomatis musuh bersama di Ready Player One hanya Nolan, iRok, dan kronco-kronconya.
Adegan rekonstruksi film lawas The Shining memang paling membekas. Kelakuan Aech yang koplak mengundang tawa, dia tidak tahu apa itu The Shining (yaiyalah, berpaut 60 tahun sejak filmnya rilis) dan nggak suka horor. Kembang cinta Wade dan Samantha (Art3mis) nggak sampai bikin enek. Penyajian RPO sungguh atraktif berkat suguhan rekayasa komputer Industrial Light and Magic yang didirikan George Lucas. Hampir semua celah-celah ceritanya efektif dan tidak jatuh membosankan. Selain referensi kultur pop yang sudah disebut di atas, ada Palantir, bola kaca berkekuatan hitam dari The Lord of the Rings. Juga amukan Mecha-Godzila. Selain visual, ada dengaran retro dari Bee Gees dengan Stayin’ Alive yang pas pada adegan disko. I Wanna Be Your Lover oleh Prince. Dan musik original dari komposer Alan Silvestri—tadinya mau John Williams, tapi sibuk.
RPO yang tadinya akan disutradarai Peter Jackson, Christopher Nolan, dan Robert Zemeckis ini, akhirnya dipegang Steven Spielberg sembari menyelesaikan film The Post. Katanya menjadi film tersulit beliau selain Jaws (1975) dan Saving Private Ryan (1998). Dengan anggaran 150 juta dolar, RPO harus puas di tangga box office dengan pendapatan teatrikal 582 juta dolar di bawah Deadpool 2 (726 juta dolar) dan tipis di atas film Tiongkok Operation Red Sea (579 juta dolar).
Komentar