175. Tatkala Monster Terlibat Perang Saudara
Didaulat sebagai film Tiongkok (bahasa mandarin) super laris hingga hari ini, Monster Hunt a.k.a Zhuō Yāo Jì (2015) menyerobot singgasana yang diduduki oleh Lost In Thailand (2012). Disutradarai Raman Hui, astrada film Shrek The Third (2007).
Berformat hibrida manusia dan animasi. Bergaya aksi komedi. Bagaimana bisa Monster Hunt menyerok pundi-pundi Rp 3 T dalam 10 hari penayangannya?
Hikayatnya, di dunia monster terjadi pemberontakan oleh monster jahat pada monster baik. Motifnya menumbangkan pemerintahan lama. Setelah Sang Raja mati, Sang Ratu mesti menyelamatkan bayi di rahimnya agar terlahir selamat sentosa. Dia bersama beberapa pengikut setianya, termasuk pasutri monster Zhugao dan Pangying (diperankan dan diisi suara oleh Eric Tsang dan Sandra Ng), melarikan diri dari kejaran monster jahat ke dunia manusia.
Di desa Yongning, tempat para monster tinggal setelah bertikai dengan manusia berabad lalu, hidup Kades muda Tianyin (Jing Boran), yang bahkan tidak sanggup melerai warganya yang berantem. Bapaknya kabur, konon ingin memburu monster. Cuma ada neneknya yang sudah pikun.
Suatu kesempatan, Tianyin diludahi Sang Ratu untuk kemudian memindahkan bayinya dari rahim ke perut Tianyin lewat mulut. Sekonyong-konyong, Tianyin bunting bayi monster. Muncullah perempuan pemburu monster, Xiaolan (Bai Baihe). Dia mengikuti Tianyin dan merawat Wuba, bayi monster nan imut bagai lobak. Motifnya tentu saja ekonomi, bayi monster ini diburu Biro Perburuan Monster (BPM) dan harganya mahal.
Apalagi Ketua BPM Ge Qianhu (Wallace Hung) sangat ambisius untuk menangkap Wuba dan menyantapnya hidup-hidup.
Berhasilkah Ge Qianhu, yang mana merupakan kejutan tersendiri dalam tubuh BPM? Apakah manusia masih bermusuhan dengan monster?
Ada hal klise dari pesan filmnya. Bagaimana kita tetap menghargai perbedaan dan welas asih. Filmnya tetap segar dan menghibur. Seperti CJ-7-nya Stephen Chow. Karena konsep gambarnya sengaja tidak realisme (terlepas dari sisi fantasinya), maka Base Fx selaku pembuat efek visualnya perlu untuk tidak terlalu menghaluskan obyek animasinya. Namanya juga hybrid live action-CGI. Luwes kok obyeknya. Di atas standar Asia.
Walau jahitan cerita yang ditulis Alan Yuen terasa ada yang bolong. Si Pangeran Wuba merupakan target VVIP yang sangat perlu diselamatkan demi kejayaan dunia monster (?). Lalu apa? Bahkan tidak dijelaskan bagaimana rencana selanjutnya dari Wuba ini. Tinggal di desa Yongning? Ya mungkin jatuhnya fantasi lucu-lucuan saja jadi dunia monsternya tidak perlu dibangun terlalu kompleks.
Jangan lupakan beberapa klip lagu serasa musikal, salah satunya "Mi gu ba nu gu ba ta gu ba". Sedang tayang di Cinemaxx dan Cgv Blitz.
Komentar