162. Ida, Anak Kandung Tragedi Zaman
Seorang biarawati muda, Anna, diminta Suster Kepalanya agar mengunjungi bibinya, Wanda Cruz, sebelum mengambil kaul sebagai biarawati. Bibinya adalah seorang mantan jaksa penuntut umum di Polandia, seorang komunis, peminum dan perokok berat, dan wanita jalang.
IDA
Pemeran: Agata Kulesza, Agata Trzebuchowska, Dawid Ogrodnik, Adam Szyszkowski.
Penulis: Rebecca Lenkiewicz, Paweł Pawlikowski.
Sinemafotografi: Łukasz Zal, Ryszard Lenczewski.
Sutradara: Paweł Pawlikowski.
Studio: Canal+ Polska, Danish Film Institute, Eurimages.
"Kau adalah orang Yahudi," katanya pada Anna, yang nama lahirnya adalah Ida Lebenstein. Seorang yatim piatu yang dirawat di biara setelah kedua orangtuanya dibunuh pada masa Pendudukan Jerman saat Perang Dunia II.
Mereka berdua melakukan perjalanan dari kota Lodz ke desa di mana keluarga Lebenstein dulu bermukim untuk mencari di mana kedua orangtua Ida dikuburkan. Mereka mendapati keluarga Feliks Skiba, orang Kristen yang menempati rumahnya dulu, dan mengirim Ida ke biara.
Wanda sering menggoda Ida dengan pertanyaan provokatif: bagaimana bila kau sudah sampai sana tapi tidak menemukan Tuhan?, keluarlah... Yesus-mu saja sudah keliling dunia, apa kau pernah berpikir tentang seks?
Di tengah jalan, mereka memberi tumpangan pada Lis, saksofonis jazz tampan yang bakal manggung untuk perayatan HUT kota. Sekali lagi bibinya mengajak Ida menonton gig musik di restoran hotel. Bibinya tahu bahwa dia tertarik pada Lis.
Tak lupa tujuan utama mereka, mencari di mana makam orangtua Ida. Itu tidak mudah, dengan sedikit usaha, pelan-pelan mereka menemukan jawabannya, kenapa Feliks harus membunuh keluarganya(?).
Film monokrom (hitam putih) buatan Polandia (dan Denmark, Perancis, Inggris) dikemas dengan film perjalanan (road movie) mini dengan durasi yang mini pula, 80-an menit. Tentang dua wanita yang sama-sama bergumul mencari remah-remah identitas di negara yang hampir binasa itu.
Dengan sinematografi yang terkesan muram, mungkin Pawlikowski mencoba menyuguhkan detail emosi yang mendalam. Kamera statis, adegan minimalis dan praktis. Tangkapan emosi pada kamera yang lelet. Lanskap wilayah yang terkesan sebagai kota mati. Dengan latar waktu 1961 di era kediktatoran Stalin.
Dua aktrisnya, Agata Trzebuchowska sebagai Ida, dan Agata Kulesza sebagai Wanda, bermain dalam persenyawaan yang sempurna. Dua buah teriakan jiwa yang membuncah dari kesedihan dan kemarahan akan tragedi zaman. Bagaimana masing-masing tokoh patah dari daya lentingnya menyikapi masalah. Wanda yang tidak mampu, Ida yang gamang. Ida yang berlari di trek pelarian yang membenturkannya ke ketiga kaul religius yang akan diikrarkannya nanti.
Film yang segar dan sempurna.
Layak dapat Best Foreign Picture in Academy Awards 2015.
Komentar