103. Masturbasi
pikiranku melayang-layang ke negeri zirbad, negeri bawah angin
rongga badanku dijilati oleh api syahwat
api yang mula-mula dingin, kini hangat, panas, dan membakar
menyublimkan helai per helai pakaianku
aku pun masturbasi, dengan sabun balita yang lembut
Ibunya protes, "Kau memakai sabun keponakanmu?"
"Nggak sih. Mungkin dijilat-jilat oleh Tika (tikus kampung)," dustaku.
tatkala malam merengkuhi bumi, tak ada yang rebahan di dada bidangku yang bertato Mickey Mouse ini
dingin, membeku, membatu, berlumut ganggang hijau
bercumbu dengan bantal gulingku
berpelukan dengan senyap gulita
bersetubuh dengan mimpi-mimpi murahanku
dan tiap malam kudonorkan darahku untuk utusan PMI
"Darah muda darahnya para remaja./Yang selalu merasa gagah, tak pernah mau mengalah./Masa muda masa yang berapi-api./Yang maunya menang sendiri, walau salah tak peduli...."
malam yang berkabut itu, kucoli ria, khas seorang bujang lapuk dan duda karat yang takut berzina
"Hari hari bilangnya ke kantor, padahal bobo bobo siang, bobo bobo siang...."
dan kukocok pelan-pelan laksana mengocok telur moa
pejamkanlah mata
nikmatilah
mendesahlah, ah...
yeah, sebentar lagi ejakulasi, tanpa polispermi
OH...!!! orgasme primer!
kukocok kencang-kencang bak mengocok telur brontosaurus
menyemburlah lahar-lahar kegelisahan
dari magma-magma membara yang meronta-ronta di inti bumi
bagai kegelisahan seorang janda yang hanya menikah sembilan hari
sebab suaminya tewas diseruduk banteng
"Mengapa terjadi kepada dirimu./Aku tak percaya kau telah tiada./Haruskah kupergi, tinggalkan dunia, agar aku dapat berjumpa denganmu...."
Tok-tok-tok!
"Kau mandi lama banget!" kakakku teriak.
"Iya, sudah. Dasar pengganggu!" ketusku.
Komentar