73. Besarnya Kasih Sayang Rasulullah terhadap Umatnya (part 1)
Kala kita ajukan pertanyaan kepada umat Islam yang hidup dewasa ini dengan sebuah pertanyaan: Siapakah manusia yang paling besar kasih sayangnya terhadap Anda? Kemungkinan besar kita akan mendapati jawabannya adalah istri atau suami saya, atau anak saya, atau pacar saya, atau yang lainnya. Padahal jawaban itu salah besar! Karena yang benar adalah Nabi kita Muhammad SAW. (oleh : Hambali Aselih, S.Ag)
Ironisnya, hanya sebagian kecil umat Islam yang menjawab demikian, serta meyakininya. Besarnya kasih sayang dan kepedulian Rasulullah SAW terhadap umatnya sudah sangat tidak terbatas, baik di dunia maupun di akhirat. Baik di masa beliau masih di dunia ini, maupun beliau sudah meninggalkan dunia ini. Mulai edisi kali ini, abuwaswas akan memaparkan ayat-ayat atau hadits ataupun fakta-fakta sejarah tentang besarnya perhatian dan kasih sayang Rasulullah terhadap umatnya.
Pertama, dikisahkan oleh Assayid Al Muhaddis Muhammad Maliki Al Hasani dalam kitabnya Syaraf Ummat Muhammadiyah pada halaman 147 menyebutkan, bahwa ketika Rasulullah SAW melaksanakan haji Wada' tepatnya pada Jumat sore di Padang Arafah tanggal 9 Dzulhijjah, Nabi Muhammad memohonkan doa kepada Allah untuk seluruh umatnya agar Allah mengampuni segala dosa-dosa yang dilakukan umatnya. Sore itu pula Allah langsung menjawab permohonan Rasulullah dengan mengatakan, "Sesungguhnya Aku (Allah) telah mengampuni dosa-dosa umatmu selain mereka yang berbuat zalim, karena Aku akan mengazab mereka yang berbuat zalim, seukuran perbuatan zalim mereka terhadap sesama."
ketika Rasulullah mendengar jawaban ini, yang intinya bila umatnya berbuat zalim terhadap sesama , maka Allah tidak berkenan mengampuninya. Rasulullah langsung memanjatkan doa kembali agar umatnya yang berbuat zalim pun diampuni, dengan berkata: "Ya Allah, Ya Rabb, bila Engkau menghendaki, Engkau dapat saja memberikan kebaikan kepada mereka yang dizalimi, sebagai ganti dari mereka yang berbuat zalim, lalu setelah itu Engkau mengampuni mereka yang berbuat zalim." Demikian munajat beliau untuk yang kedua kalinya pada Jumat sore di Arafah itu. Namun, sore itu Allah SWT tidak menjawab permohonan ampun Rasulullah untuk umatnya yang berbuat zalim.
Keesokan pagi tanggal 10 Dzulhijjah, saat Rasulullah sudah berada di Muzdalifah, beliau kembali mengulang permintaannya untuk yang ketiga kalinya, agar umatnya yang berbuat zalim pun ikut diampuni. Dan pagi itu di Muzdalifah, apa yang diminta Rasulullah semua dikabulkan oleh Allah SWT. Dan setelah mengetahui hal tersebut, beliau tampak tersenyum. Dalam riwayat lain pun dikatakan sampai tertawa. Hingga Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar bin Khattab Ra bertanya kepada Rasul, "Ya Rasul, apakah yang menyebabkan engkau tertawa?" Lalu beliau menjawab, "Iblis laknatullah (dikutuk Allah) manakala mengetahui bahwa permohonan ampunku untuk umatku yang berbuat zalim diterima Allah, ia (iblis) sangat menyesal dan kecewa, hingga ia menaburkan abu di kepalanya, hingga aku (rasul) tertawa melihat kelakuan itu."
Dari rangkaian kisah di atas, kita dapat menyaksikan sungguh betapa besarnya kasih sayang Rasullah terhadap kita, umatnya. Beliau mengulang kembali permohonan untuk yang ketiga kalinya bagi umatnya yang berbuat zalim. Manakala Allha tidak berkenan mengampuninya hingga akhirnya Allah SWT berkenan mengampuni umatnya yang zalim. Ampunan yang diberikan Allah untuk kaum muslimin yang berbuat zalim ini semua semata-mata karena besarnya kasih sayang Rasulullah terhadap umatnya yang sudah begitu banyak berbuat zalim. Jazaullahu sayyidina Muhammadan anna khiron. Jazaaullahu sayyidina Muhammadan annama huwa ahluh.
Kedua, bukti tentang betapa besarnya perhatian dan kasih sayang Rasulullah SAW terhadap umatnya dapat dilihat kembali pada saat malaikat Jibril menyampaikan wahyu yang tertera dalam surat Adduha ayat 5, yang artinya: "Dan kelak Tuhanmu pasti membrikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas."
Lalu dijelaskan oleh tafsir Showi pada juz 4 halaman 227, bahwa ketika Rasulullah mendengar ayat ini disampaikan, beliau langsung berucap yang artinya, "Bila demikian aku (Nabi Muhammad) tidak akan ridho bila masih ada umtaku yang masuk neraka walaupun hanya satu orang saja."
BERSAMBUNG
Artikel mengenai sholawat masih akan berlanjut nanti ke edisi (part) 3
Komentar