168. Sentimen Perang & Cinta
“Dengar – tidak ada perang yang akan mengakhiri semua perang.” – Haruki Murakami (Umibe no Kafuka).
Hubungan India dan Pakistan masih tetap seksi untuk digarap ke layar Bollywood. Dua bangsa serumpun yang pernah perang empat kali. Kali ini SKF (rumah produksi Salman Khan) bekerja sama dengan Kabir Khan Films (Kabir Khan; sutradara) yang didistribusikan oleh Eros International, menggarap cerita dengan ranah yang lebih humanis dan manis sampai Anda menangis. Bajrangi Bhaijaan.
Di desa Sultanpur nan asri di Azad Kashmir, Pakistan, hiduplah Shahida (Harshaali Malhotra) gadis cilik 6 tahun yang tidak bisa bicara tapi belum bisa dikatakan bisu karena bisa mendengar. Ketika ayahnya mengangon domba di lereng gunung Shahida tergelincir ke jurang, untungnya dia tersangkut di batang pohon. Karena belum juga bisa bicara, ayahnya menyarankan ibunya agar membawa Shahida ke Delhi ke Nizamuddin Dargah, makam seorang wali.
Nasib tak dapat ditampik musibah tak bisa disergah. Shahida ketinggalan kereta api di perbatasan lantaran dia kepo sama anak domba yang meringkuk sendirian di luar kereta.
Shahida memang rada nakal tapi imut dan penurut. Suratan membawanya pada Pawan Kumar Chaturvedi (biasa disapa Bajrangi; Salman Khan) penari yang berperan sebagai Sri Hanoman. Bajrangi memberinya makan dan minum. Tapi Shahida (selanjutnya dipanggil Munni oleh Bajrangi) terus membuntutinya. Mau tak mau Bajrangi membawanya ke rumah Rasika (Kareena Kapoor Khan), calon istrinya.
Bukan tanpa masalah, bapaknya Rasika, Dayanand (Sharat Saxenaas), yang sangat anti Pakistan (di mana sebelumnya juga sudah mengultimatum Bajrangi agar sanggup beli rumah dalam enam bulan sebagai prasyarat nikah dengan Rasika) mengusir Munni dari rumahnya saat tahu Munni seorang Pakistan.
Ditolak oleh Kedutaan Pakistan sebab Munni tidak bawa passport, akhirnya Bajrangi mengambil jalan radikal. Menerobos perbatasan lewat terowongan. Yang cukup lucu adalah kejujuran Bajrangi yang naif, misal sudah masuk perbatasan dengan ilegal masih saja minta izin sama petugas. Kemulian dan kejujuran Bajrangi dan kelucuan Munni ketika main kucing-kucingan di Pakistan inilah yang jadi dinamika dan eskalasi emosi film yang pelan-pelan dan menusuk. Bagaimana lika-liku Bajrangi ketika berusaha memulangkan Munni ke kampung halamannya malahan disangka agen spionase.
Jangan lupa kehadiran reporter Pakistan, Chand Nawab (Nawazuddin Siddiqui). Kariernya yang sedang menyedihkan berubah menjadi cemerlang karena mengikuti perjalanan Bajrangi-Munni dan merekamnya untuk diunggah ke media sosial. Videonya menggugah kesadaran massa dan kekuatannya (people power).
Bajrangi Bhaijaan (artian bebasnya Abang Bajrangi, panggilan akrab Pakistani dan Hindustani) menjadi semacam film renungan kembali tentang rasa kemanusiaan di antara memfosilnya dendam antar suku, golongan, bangsa, bahkan agama. Kita (generasi sesudah perang/konflik) hanyalah anak-anak kandung dari perselingkuhan antara cinta dan perang.
Komentar