260. Pengantin yang Berlari [Stand By Me 2]

Melanjutkan cerita Stand By Me pada 2014. Lebih tepatnya cerita sisipan bagaimana dan ke mana Nobita menghilang saat akan ijab kabul pernikahan?

Meski sudah dewasa, Nobita merasa dirinya tetaplah Nobita. Nobita kecil yang payah, bodoh dan ceroboh. Begitulah alasan Shizuoka mau menikah dengan Nobita: ingin melindungi Nobita. Tapi Nobita merasa kurang sreg. Dalam ketaksengajaan, dia dan Doraemon (masa kini) berkelana, mulanya cari tahu apa sejoli itu beneran menikah, malah menjadi misi meyakinkan diri sendiri. Menapaktilasi kenangan yang dilihatnya secara langsung dalam tubuh masa depannya. Pada teori STB2, satu individu dua wujud boleh saling bertemu dan tak lenyap meski menyentuh partikel (DNA) masing-masing bak film Tenet.

Lewat gawai jubah waktu, Nobita kecil menjadi dewasa dan menghadiri pernikahannya sendiri. Dia kesulitan berpidato sementara Nobita dewasa kabur ke masa lalu melihat dirinya sendiri saat kecil. Setelah sebelumnya Nobita kecil kembali ke masa lampau bertemu Nobita balita dan neneknya yang amat menyayanginya.


Masih disutradarai dan ditulis Ryuichi Yagi dan Takashi Yamazaki, Stand By Me 2 bertutur lebih dalam dan matang tentang makna pernikahan ialah membagi kebahagian bukan mencari kebahagiaan. Nobita (dan mungkin Shizuoka) tidak mau menjadikan pernikahan sebagai pelarian mencari kebahagiaan sebagaimana putri-putri dalam dongeng H.C. Andersen yang dimodifikasi Disney. Bahwa butuh pangeran tampan dan mapan (berkuda) untuk bisa lepas dari derita dan kesepian.

"Dari mana saja, Nobi-kun?"
"Aku baru aja membahagiakan diriku."

Tentang janji pada nenek Nobita yang tampak terlalu sepuh untuk cucunya yang batita (barangkali Nobita bukan cucu tertua), Nobita kecil pun membulatkan tekadnya supaya neneknya bisa menyaksikan pernikahannya. Sikap nenek Nobita yang tidak gagap menerima banjir fakta kalau cucunya dari masa depan membuktikan dirinya memang pasrah entah pada kenyataan hidupnya tak lama lagi atau memang dia percaya orang dari masa depan itu jujur.

Adegan bolak-balik time travel agak njelimet saat Nobita mesti disedot jiwanya dan tukar tubuh tapi akhirnya itu gampang dipahami seiring cerita. Grafisnya masih secantik dulu walau audionya tidak sebagus film pertama.

Humor betebaran terutama relate ke penonton ketika Nobita masa depan tak mau dinamai Nobita Nobi saat lahiran. Juga tentang mendebat diri sendiri. Petualangannya terasa kanak-kanak di saat bersamaan sangat dewasa dan memaksa kita berpikir mengenai pilihan hidup kita. Motivasi bagi anak-anak yang menontonnya tanpa harus menggurui. 

Komentar

Postingan Populer