98. Bait-bait Anak Jalanan



anak jalanan kumbang metropolitan
selalu dalam kesepian
anak jalanan korban kemunafikan
selalu kesepian di keramaian

tiada tempat untuk mengadu
tempat mencurahkan isi kalbu
cinta kasih dari ayah dan ibu
hanyalah peri yang palsu

anak gedongan lambang metropolitan
menuntut hidup alam kedamaian
anak gedongan korban kesibukan
hidup gelisah dalam keramaian

tiada waktu untuk bertemu
waktu berkasihan dan mengadu
karena orang tua metropolitan
hanyalah budak kesibukan

(Chrisye, Anak Jalanan)

Anak jalanan sungguh pandai bernyanyi. Mereka fasih mendendangkan lagunya ST 12, walaupun mereka belepotan ketika menyenandungkan lagunya Jason Mraz.

Anak jalanan tak mau lagi bermimpi setinggi langit, meski langit-langit rumah sekalipun. Mereka hanya bermimpi agar esok dapat makan dua kali di warteg di pinggir selokan. Lagipula untuk apa ke langit, di bumi pun banyak rezeki. Sedangkan anak rumahan tak usah bermimpi untuk dapat mengisap secangkir kopi di Starbucks.

Anak jalanan tak menangis jika putus cinta. Namun mereka akan pingsan apabila koin-koinnya menggelinding dan lenyap. Sedangkan anak rumahan akan mogok makan jikalau putus cinta.

Anak jalanan hanyalah obyek empuk bagi pengusaha untuk membagikan "recehan", remah-remah dari keuntungan kapitalisme. Lalu pengusaha itu dan anak jalanan berpose senyum dan berpelukan, kemudian diterbitkan di koran atas nama CSR (tanggung jawab sosial perusahaan). Seakan-akan mulia sekali pengusaha itu. Bagus, patut ditiru!

Anak jalanan gemar mengejar sedan yang kinclong, walau yang ia tatap hanyalah wajah pengemudi yang buram dalam kaca film, dan kaca yang tak akan tergulung. Andaipun tergulung, paling hanya menyodorkan Rp 1.000, itu pun sisa kembalian sehabis beli laptop seharga Rp 4.999.000.

Anak jalanan hidupnya keras, sehingga tak sudi punya akun facebook. Sebab mereka sanggup membedakan antara teman yang penyombong dengan teman yang pendiam di facebook. Anak rumahan juga lihai membedakan ENTER dengan ENTAR. Tekan ENTER ketika masuk facebook, dan tekan ENTAR ketika masuk waktu sembahyang.

Anak jalanan mampu menahan kentut saat mengamen di bus kota. Mereka menghormati para penumpang. Tapi, mereka akan lari terkentut-kentut tatkala dikejar oleh Satpol PP. Sedangkan anak rumahan tak mampu menahan kentut saat makan malam di rumah calon mertua. Bisa berabe. Padahal kentut itu sangat manusiawi.

Anak jalanan ternyata lebih tegar dibanding anak rumahan. Buktinya, mereka nggak pernah terjun dari ketinggian lantai di mal. Ya iyalah, lha wong mereka dilarang masuk ke mal oleh security.

Dari catatan harian "Hujan Huruf", tertanggal 26-12-2009

Komentar

Postingan Populer