61. anak STM ( suka tawuran mulu )



Dulu waktu SMP ( smp 161 ) jarak dari rumah ke sekolah dekat banget, tinggal lompat. Begitu lulus lalu mengambil Sekolah Teknik, bukan SMA, tapi SMK, khususnya teknik kelistrikan dan Tata Udara. Namanya SMKN 54 Kemayoran. Reporter Prambors pernah lho mampir ke situ.

Aku tidak mau membicarakan tentang sekolahnya, tapi cerita waktu aku jadi anak STM yang mendebarkan. Waktu itu masih pakai kendaraan umum. Sebelum BBM naik tahun 2005, tarifnya Rp 500, setelah naik jadi Rp 1000. Tapi kalau kondekturnya galak, Rp 500 gak boleh duduk harus berdiri.

Pernah naik bis bareng anak-anak BUDUT ( SMK Budi Utomo ),terus kami dicegat oleh musuh kami di Penang Bistro Pakubuwono. Hanya anak-anak Budut yang turun, kecuali aku masih tertinggal di bis. Mereka dikejar dengan menghunuskan senjata tajam dan kopel ( gesper berkepala besi). Oh Tuhan aku selamat. Inikah namanya tawuran. Sangat menjijikan. Lebih menjijikan daripada seonggok kotoran kerbau yang dihinggapi lalat bunting, bunting di luar nikah pula.

Lalu naik bis dari Senen, eh ada tas kertas di pojok kursi. Begitu aku buka isinya kacang mede matang dan kwaci beserta struk dari Pasaraya Grande bertuliskan seharga Rp 29.000. Lumayan rejeki. Dapat Rp 1000 pula , buat ongkos nih.

Eh ada pengamen matanya cuma satu. Tapi suaranya bagus banget. Begitu aku kasih dia menolak. Dia gak mau nerima dari pelajar. Kalau pengamennya bengo-bengo ( teriak teriak), aku takut. Mereka bilang, "Daripada kami nodong, mendingan kami meminta pada Anda." Aku kasih aja daripada dipalak. Pernah lho aku hampir dipalak sama dua gembel. Mana bis lagi sepi. Di kantongku ada Rp 250.000. Untung aku selamat. Mereka hanya mengobrak-abrik tas dan kantong celana depan, padahal uangnya ada di kantong belakang. Allah melindungiku. Pernah juga sih dipalak kena Rp 15.000. Sedih nich!.

Ada lho pengemis suami istri yang dua-duanya buta. Mereka dituntun oleh anaknya yang umurnya masih 10-an tahun. Mereka naik dari Senen lalu turun di Mayestik. Jadi terharu.

Sebelnya kalau naik bis pas sore hari, penumpangnya bau ketek, kecuali aku. Karena Rexona setia setiap saat. Promosi nih. Pernah aku lapar banget lalu ada penjual donat seharga Rp6000, tapi aku dicuekin. Dikira aku pelajar yang miskin. Eh gak ada yang beli. Kasihan dech!!!.

Tahu artis berinisial UA? Yang mirip Benyamin itu. Dia ketua Komite Sekolah di SMK 54. Anaknya satu sekolah denganku. Dia adalah promotor tawuran. Semua anak dipengaruhi agar tawuran. Tawurannya sama anak Tamsis, Grafica, atau Poncol. Aku pengen coba-coba tawuran, tapi takut mati.Lagian siapa yang berani tawuran. Aku aja gak pernah berantem sama teman sekelas. Paling-paling berantem kalau rebutan kerupuk sambal terasi. Itu juga waktu masih SD. Eh bener, besoknya ada yang tewas. Di lapangan ada bendera 1/2 tiang. Bukan dari sekolahku yang tewas, dari sekolah lain. Temanku hanya bocor kepalanya. Aku nyumbang deh buat biaya pengobatannya. Siapa suruh tawuran, gue yang nyumbang. Satu kelas juga nyumbang.

Mana sekolah gak ada ceweknya, membosankan. Kantinnya kurang variatif makanannya. Paling makan mie ayam pakai ganja (daun bawang). Anak STM beraninya cuma tawuran, gak berani merangkai instalasi listrik. Takut kesetrum katanya. Kalau mereka agendanya tawuran, ngegele ( ngisap ganja ), nokip ( mabuk), aku mah ngeBand aja. Padahal gak bisa main alat musik. Paling-paling tamborin ( he he he hi hi hi ha ha ha ). Nyanyi juga sih.

Kembali ke bis, maksudnya busway. Lagi promosi jadinya gratis, bolak-balik sampe puas. Giliran gak gratis gak naik lagi. Kembali ke tawuran, maksudnya pengeroyokan. Bis yang aku tumpangi berhenti di Dukuh Atas, aku duduk di depan, dua anak Budut di belakang. Tiba-tiba banyak anak sekolah menyerbu ke bis, eh dua anak Budut dikeroyok, untung bukan aku. Allah melindungiku. terima kasih Allah ( bukan terima kasih cinta ). Padahal waktu itu aku gak pernah shalat, tapi si pengeroyok dikeroyok balik sama penumpang bis. Rasain LU!.

Kalau baca koran ada anak sekolah yang tewas dikeroyok. Biasanya yang tewas anak baik-baik, mereka gak tawuran hanya nunggu bis, lalu dibacokin. Sangat memprihatinkan dan memalukan. Lebih memalukan daripada ditangkap KPK di kamar Hotel dan disuruh pake baju bertuliskan "tahanan KPK", masuk koran Tempo pula.Pernah sekali waktu aku lagi nunggu bis, tiba-tiba segerombolan anak sekolah turun dari bis. Aku tentu ketakutan, mukaku merah, keringatan, eh mereka cuma nanya," Mau ke mana?" Kujawab," ke Blok M." Mereka menjawab lagi, "Bareng yuk!" Memang mukaku itu imut-imut banget, baby face, jadi gak ada yang tega membunuhku apalagi menyakitiku khususnya pacarku.

Sudah ah capek nih ngetiknya, soalnya masih banyak pengalaman selama 3 tahun menjadi anak STM yang mendebarkan yang tak cukup hanya ditulis di blog ini.

Komentar

Anonim mengatakan…
pengalaman berharga
Anonim mengatakan…
aku takut ah sekolah STM
Anonim mengatakan…
ini bisa kamu ceritakan ke anak cucumu
Anonim mengatakan…
lucu banget deh
teddi mengatakan…
emm no comment
sy dok di malaysia
Anonim mengatakan…
wah sangat mendebarkan ya?
Anonim mengatakan…
hehe, untung saya masuk SMK bukan STM :D

Postingan Populer